Perkembangan teknologi yang pesat memaksa kita untuk mampu beradaptasi dengan cepat. Persaingan dalam segala hal semakin ketat. Pada akhirnya, yang akan memenangkan persaingan adalah orang-orang yang memiliki keahlian dan persistensi.
Keahlian sangat diperlukan di samping ilmu yang didapat melalui pendidikan formal. Itulah pentingnya kita membekali anak dengan keahlian yang cocok dan sebisa mungkin disukai. Banyak les yang bisa diikuti, di antaranya sepak bola, taekwondo, balet, menggambar, musik, menyanyi, mental aritmetika, dan masih banyak lagi.
Selain mendapat keahlian sesuai bidang yang dipelajari, hal lain yang akan didapat anak adalah persistensi. Ya, untuk bisa menguasai keahlian tersebut, dibutuhkan kegigihan untuk bertahan melewati proses yang panjang.
Sebagai contoh, untuk bisa menguasai mental aritmetika sampai tingkat akhir, di IMA perlu waktu sekitar tiga tahun. Anak harus konsisten mengerjakan latihan setiap hari. Proses inilah yang sangat penting untuk mengajarkan anak bahwa diperlukan usaha dan kerja keras untuk meraih sesuatu yang diinginkan.
Akhir-akhir ini sedang ramai mengenai kasus influencer yang ditangkap polisi karena kasus penipuan perjudian online. Pelaku dan korban sama-sama tergoda untuk mendapatkan kekayaan dengan cara mudah dan cepat. Mereka lupa bahwa kesuksesan hanya bisa diraih dengan proses, bukan jalan pintas.
Banyak juga penawaran investasi yang menjanjikan keuntungan berlipat dalam waktu sebentar. Dengan menyetorkan sejumlah uang, dana tersebut akan dikembalikan secara bertahap dalam beberapa bulan hingga mendapatkan jauh lebih besar daripada modal yang dikeluarkan. Karena tergiur untuk mendapatkan hasil yang lebih besar lagi tanpa bekerja, lalu berani mengeluarkan investasi yang semakin besar. Setelah itu pelakunya tiba-tiba hilang membawa kabur uang yang sudah disetorkan.
Kasus lain adalah pejabat yang korupsi karena ingin mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan memanfaatkan jabatan. Ada juga yang dipenjara karena kasus suap tender proyek maupun suap untuk mendapatkan pekerjaan sebagai ASN.
Dalam kasus suap, baik penyuap maupun penerima suap sama-sama tidak menyadari betapa pentingnya proses. Jika ingin memenangkan tender suatu proyek, seharusnya membuat penawaran terbaik agar menang melawan perusahaan lain. Jika ingin diterima bekerja sebagai ASN, sudah semestinya melakukan usaha lebih dengan belajar. Sedangkan penerima suap sangat tidak layak menggunakan jabatan untuk memperkaya diri sendiri. Lagipula proyek dan posisi ASN tersebut akhirnya akan dimenangkan oleh orang yang tidak berkapasitas.
Dengan membekali anak untuk mengenal proses dalam meraih sesuatu, diharapkan saat dewasa nanti mereka akan menghargai proses. Selain itu akan lebih siap untuk bersaing secara jujur dengan mengeluarkan kemampuan yang dimiliki. Mari tanamkan pada anak-anak bahwa tidak ada jalan pintas menuju sukses.