Silaturahmi Tanpa Mudik
Silaturahmi berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah artinya hubungan, ar-rahim yakni rahim atau kerabat. Dengan demikian, secara bahasa, shilah ar-rahim (silaturahmi) artinya adalah hubungan kekerabatan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) silaturahmi diartikan tali persahabatan dan persaudaraan.
Menyambung silaturahmi bisa dilakukan kapan saja. Tetapi momen silaturahmi memang terasa paling kuat pada hari lebaran, karena tidak hanya umat muslim, tapi hampir semua warga Indonesia melakukan mudik lebaran untuk bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman. Lebaran menjadi salah satu hari baik untuk mengunjungi sanak saudara, kerabat, teman, dan para tetangga untuk menjalin kembali hubungan persaudaraan yang mungkin lama tidak terjalin.
Kita tahu bahwa manfaat silaturahmi sangat luar biasa, terutama bagi kesehatan jiwa, di antaranya adalah :
- Meminimalisir stres dan rasa cemas
- Memecahkan masalah
- Memanjangkan umur
- Meningkatkan sistem imun
- Meminimalisir resiko terjadinya demensia (penurunan kegiatan pikiran karena kerusakan atau penyakit pada otak)
- Baik untuk kesehatan mental
Tapi di masa pandemi corona ini, keinginan kita untuk bersilaturahmi secara langsung pada hari lebaran, harus kita tahan demi keselamatan bersama. Walaupun mudik sudah menjadi tradisi tapi kita tetap harus memikirkan resiko yang diakibatkan mudik, yang justru dapat membahayakan orang-orang yang kita sayangi. Seperti kita ketahui bahwa orang lanjut usia maupun orang-orang dengan penyakit penyerta seperti kanker, sakit ginjal, hipertensi, diabetes, sakit jantung, ataupun asma, sangat beresiko tertular covid-19. Saat perjalanan mudik, kita tidak pernah tahu apakah kita membawa pulang virus atau tidak. Bisa jadi kita menjadi OTG (orang tanpa gejala), membawa virus ke kampung halaman, kemudian menularkan kepada orang tua, saudara, atau tetangga kita. Jika hal itu benar-benar terjadi, pasti kita hanya dapat menyesalinya, tapi semua sudah terlambat. Bahkan bisa saja kemungkinan terburuk terjadi, kita menjadi penyebab kematian mereka. Semoga hal menyedihkan itu tidak terjadi pada kita semua.
Pemerintah pun sudah menyatakan larangan mudik bagi semua warga. Hal ini tentu membuat warga merasa rindu dengan kampung halaman. Bagaimana cara mengatasinya? Psikolog klinis dewasa, Arrundina Puspita Dewi, M.Psi., memberikan tips untuk selalu menjaga komunikasi dengan keluarga selama tidak mudik. “Karena nggak bisa mudik, usahakan komunikasi terus dijaga dengan keluarga. Telepon setiap hari misalnya, tanya bagaimana kabar, puasanya bagaimana, dan sebagainya”. (detikcom, Selasa 21/4/2020).
Teknologi sudah sedemikian majunya, untuk bisa menjembatani keinginan kita bersilaturahmi tanpa harus bertemu secara langsung. Bisa lewat sambungan telepon, panggilan video, ataupun telekonferensi. Silaturahmi tidak terputus hanya karena jarak atau tempat. Mari sayangi diri kita, sayangi keluarga kita, sayangi saudara-saudara kita, sayangi tetangga kita dengan cara tidak mudik. Hendaknya kita semua senantiasa berdoa, semoga keadaan segera membaik dan badai segera berlalu, sehingga kita dapat kembali berkumpul dengan keluarga kita di kampung halaman. Harus kita ingat bahwa kita bisa bersilaturahmi tanpa harus mudik.