Untuk meraih kesuksesan, kita semua perlu berlatih dengan keras. Keahlian yang baik hanya bisa didapatkan dengan cara berlatih, berlatih, dan berlatih. Bahkan saat ini kita bisa berjalan juga karena sewaktu bayi, kita dilatih untuk berjalan oleh orang tua kita. Awalnya hanya bisa merangkak, lalu berdiri, setelah itu bisa berjalan sambil memegang sesuatu atau dituntun. Awalnya ragu saat mulai dilepas, jatuh, menangis, mencoba lagi, terus begitu sampai akhirnya bisa berjalan sendiri dan makin lancar tiap hari. Hal yang sama terjadi ketika belajar mengendarai sepeda, berenang, bermain sepak bola, dan banyak keterampilan lainnya.
Bagaimana dengan artis atau penyanyi, apakah mereka juga perlu berlatih? Apakah bagi orang yang sudah memiliki bakat di bidang tertentu, latihan masih diperlukan? Sebuah penelitian dilakukan oleh K. Anders Ericsson, Ralf Th. Krampe, dan Clemens Tesch-Romer di Academy of Music Berlin untuk mencari jawaban apakah ada yang disebut bakat bawaan.
Ericsson meneliti pemain biola dan menemukan kesimpulan bahwa siswa yang masuk dalam kelompok pemain biola terbaik berlatih lebih sering dibandingkan teman-temannya. Ia juga melanjutkan peneletiannya pada pemain piano. Para pemain amatir tidak pernah berlatih lebih dari tiga jam setiap minggunya pada masa kanak-kanak. Sedangkan pemain profesional secara konsisten selalu menambah jam berlatih setiap tahun hingga usia dua puluh tahun.
Penelitian ini menunjukkan bahwa begitu seorang musisi memiliki kemampuan untuk masuk ke sekolah musik hebat, maka hal yang membedakan antara musisi satu dengan lainnya adalah seberapa besar kerja keras yang dilakukan. Dengan kata lain kemampuan kita tidak tergantung kondisi bawaan sejak lahir, tetapi seberapa konsisten kita berlatih meningkatkan kemampuan. Untuk bermain basket atau voli memang diperlukan tinggi badan yang cukup, tetapi dalam bidang lain latihan akan menjadi pembeda yang nyata.
Lalu apa saja yang perlu dilatih? Salah satunya adalah kecerdasan fisik. Seseorang yang memiliki kecerdasan fisik yang baik akan mampu menggerakkan anggota badan dengan lentur, kuat, fleksibel, dan seimbang. Seorang olahragawan, penari, mekanik, pemain drama biasanya memiliki kecerdasan fisik yang baik. Untuk mendapatkannya tentu saja dengan latihan yang banyak dan intensif.
Kecerdasan lain yang perlu dilatih adalah verbal linguistik atau kemampuan berbahasa. Kemampuan ini perlu dilatih agar memiliki kemampuan berbicara dan menulis dengan lancar dan jelas. Selain itu juga memiliki kemampuan berbahasa dengan baik dan efektif. Seorang dengan kecerdasan verbal linguistik yang baik akan mampu berbicara dengan teratur dan sistematis, lancar dalam mengucapkan kata-kata, dan memiliki perbendaharaan kata yang kuat. Kita bisa melatihnya dengan membacakan dongeng atau cerita sejak anak-anak masih kecil. Kemudian minta mereka untuk menceritakan ulang keesokan harinya. Setelah mereka bisa menulis, ajarkan untuk menulis buku harian.
Berikutnya yang tidak kalah penting adalah kecerdasan logis, yaitu kemampuan penalaran, logika, mengolah angka, berhitung, dan memecahkan masalah secara rasional. Hal ini bisa dilatih salah satunya dengan mengikuti les sempoa atau mental aritmetika. Latihan yang dilakukan secara rutin saat mengerjakan soal-soal hitungan sempoa secara tidak langsung bisa melatih kecerdasan logis-matematis pada anak.
Di IMA, anak diajak untuk banyak latihan mengerjakan soal. Sebagai contoh untuk buku grade 5, ada tiga buah buku sempoa yang harus diselesaikan. Namun materi hanya diajarkan pada buku pertama, sedangkan buku kedua dan ketiga benar-benar bertujuan untuk latihan agar semakin lancar. Kebiasaan mengerjakan banyak soal dengan waktu dibatasi akan melatih disiplin dan mengasah logika anak.
Mengingat begitu pentingnya latihan dalam segala hal, maka mari ajarkan anak untuk konsisten dalam berlatih mengasah apapun keterampilan yang ingin dikembangkan.
Sumber bacaan: Buku The Power of Latihan (AT. Erik Triadi)