Mental Mendengar
Bagi siswa, guru, dan wali siswa IMA istilah mental mendengar mungkin sangat familiar. Tapi bagi masyarakat awam, tentu banyak yang merasa asing dan bertanya-tanya apakah mental mendengar itu?
Mental mendengar merupakan salah satu materi pembelajaran di IMA yang mengandalkan indera pendengaran dan daya imajinasi. Guru membacakan soal tambah kurang, perkalian, atau pembagian sedangkan siswa mendengarkan sambil membayangkan seolah mereka sedang mengerjakan menggunakan sempoa dan menggerakkan biji-biji sempoa. Hasil yang didapat seperti yang tertera dalam sempoa yang mereka bayangkan. Oleh karena itu mental mendengar juga populer dengan sebutan sempoa bayangan. Mental mendengar ini betul-betul memadukan kerja otak kanan dan otak kiri. Membayangkan gerakan biji-biji sempoa berarti berimajinasi, itu adalah kerja otak kanan, sedangkan mengingat-ingat cara mengerjakannya merupakan kerja otak kiri. Inilah proses pembelajaran di IMA yang betul-betul mengoptimalkan fungsi otak kanan dan otak kiri anak. Sehingga, jika proses ini bisa berjalan dengan baik, kemampuan anak dalam berhitung menjadi luar biasa, bahkan bisa lebih cepat dibandingkan berhitung menggunakan kalkulator.
Kapan anak mulai belajar mental mendengar? Ketika anak mulai masuk buku kedua atau buku A1002. Guru akan mengajarkan sikap dasar mental mendengar, yaitu posisi duduk seperti ketika mengerjakan buku sempoa, tangan kiri berada di atas meja, telapak tangan kiri rapat menempel di meja (bukan seperti memegang sempoa), tangan kanan memegang pensil atau pulpen, ujung jari telunjuk dan ibu jari menempel di meja. Untuk yang kidal tentu berlaku sebaliknya. Yang digerakkan hanya ibu jari dan jari telunjuk, persis seperti menggerakkan biji sempoa dengan gerakan yang ringan dan tangkas serta jari berhenti pada gerakan terakhir saja.
Belajar mental mendengar dimulai dari perhitungan yang sangat sederhana, yaitu tambah kurang satuan. Misal guru membacakan soal dengan tempo yang pelan dulu : 4-2+1+1, siswa akan menjawab 4. Siswa akan terus dilatih, hingga temponya juga semakin cepat, begitu pula untuk materinya semakin meningkat, dari materi sederhana hingga semua materi satuan bervariasi masuk di dalamnya. Selanjutnya panjang soal juga akan semakin bertambah, tidak hanya empat nomoran ke bawah, tapi bisa mencapai sepuluh nomoran, bahkan dua puluh nomoran. Contoh soal yang dibaca guru (sepuluh nomoran) : 2+1+4-3+7-4+6+9-7+3, jawabannya 18.
Tidak hanya tambah kurang satuan, tapi nantinya jumlah digit juga akan semakin bertambah. Setelah satuan, akan ditingkatkan ke soal puluhan, ratusan, ribuan, bahkan bilangan desimal pun bisa dikerjakan secara mental mendengar. Setelah masuk grade 2, anak juga akan belajar mental mendengar perkalian dan pembagian.
Karena belajar mental mendengar mulai dari materi yang sederhana, maka anak tidak akan merasa berat atau terbebani. Pada evaluasi enam bulan pertama diharapkan anak sudah bisa mental mendengar satu digit cepat, dua digit masih pelan. Pada masa belajar online, orang tua bisa lebih aktif ikut melatih kemampuan mental mendengar anak di rumah. Bisa dengan membuat soal sendiri atau mengambil dari buku-buku sempoa yang ada. Bisa juga belajar mental mendengar di youtube IMA jateng DIY.
Dengan kemampuan mental mendengar yang baik, anak-anak tentu menjadi lebih percaya diri, kemampuan berhitungnya juga pasti meningkat, fungsi otak kanan dan kirinya menjadi lebih optimal. Pada akhirnya belajar mental aritmetika membuat anak tidak takut dengan angka, mempunyai kemampuan berhitung yang baik, dan biasanya jadi lebih mudah menguasai pelajaran matematika. Semoga mereka menjadi generasi yang cerdas, bijak dan membanggakan keluarga, bangsa dan negara. Salam sukses !!!