Lutfiah Anjar Rohmah nama lengkapnya, biasa dipanggil Lutfi, saat ini tercatat sebagai siswa kelas enam SDN Wiradadi Sokaraja Banyumas. Putri pertama pasangan Bapak Wasirun dan Ibu Rohyati ini terdaftar sebagai siswa IMA cabang Sokaraja sejak Oktober 2013. Saat itu Lutfi masih duduk di kelas satu.
Dari awal belajar di IMA, Lutfi adalah siswa yang rajin. Dia rajin berangkat les sesuai jadwalnya dan juga rajin mengerjakan PR. Namun ternyata rajin saja tidak cukup bagi Lutfi untuk bisa mengejar kemampuan teman-teman seangkatannya.
Ia menemui kesulitan besar saat belajar materi “pendekatan” untuk menuju ke materi pembagian grade 8. Contoh soal “pendekatan” adalah : … X 8 hasilnya dekat dengan 54. Siswa harus mengisi titik-titik tersebut dengan bilangan yang paling mendekati. Itulah yang membuat Lutfi kesulitan. Berbagai cara dilakukan oleh gurunya, Ibu Siswati, agar Lutfi mampu memahami konsep tersebut.
Pada grade 8, siswa IMA mulai belajar perkalian dan pembagian. Ada dua buku sempoa yang harus diselesaikan yaitu A801 dan A802. Pada buku yang ke-dua, biasanya siswa sudah mulai lancar dan tinggal melatih kecepatan dan ketepatan pengerjaannya. Namun tidak demikian yang dialami Lutfi. Sampai buku A801 hampir habis, yang dikerjakan hanya materi tambah kurang dan perkalian saja, materi pembagian terpaksa ditinggalkan dulu sampai Lutfi memahami konsep pendekatan.
Lutfi tidak menyerah, apalagi berhenti les. Ia tetap sabar dan tekun sampai akhirnya mampu mengalahkan kesulitannya. Grade 8 berhasil dilalui Lutfi dengan perjuangan yang cukup panjang. Kemudian naik ke grade 7, 6, dan seterusnya, pelan-pelan Lutfi mulai bisa meningkatkan kemampuannya, hingga mampu melampaui teman-teman seangkatannya.
Pada kompetisi IMA-ria Regional tahun 2016 di Purwokerto, Lutfi berhasil menjadi Juara III lomba Mental Aritmetika kategori E (grade 7). Tahun berikutnya menjadi Juara II kategori F (grade 6). Prestasi yang sangat membanggakan. Lutfi betul-betul menjadi juara yang tak terduga bagi orang-orang yang tahu bagaimana Lutfi pada awalnya. Banyak yang tidak menyangka bahwa akhirnya Lutfi bisa mencapai itu semua. Muncul pertanyaan: “Lutfi Bu? Yang ga bisa-bisa pembagian?”. “Iya”, jawab gurunya dengan mantap. Apa yang Ibu guru lakukan terhadap Lutfi hingga bisa menjadi seperti itu? Tidak ada hal khusus yang gurunya lakukan, semua itu adalah buah dari kesabaran dan ketekunan Lutfi.
Peningkatan kemampuan Lutfi di mental aritmetika pun diikuti dengan peningkatan kemampuan akademiknya di sekolah. Dari yang sama sekali tidak masuk peringkat sepuluh besar, Lutfi berhasil meraih peringkat dua di kelas tiga. Hingga sekarang Lutfi tidak pernah keluar dari peringkat lima besar.
Meskipun kini sudah kelas enam, dengan segala kesibukannya mengikuti berbagai kegiatan di sekolah maupun luar sekolah, namun Lutfi masih tetap les IMA. Ia ingin melanjutkan sampai tingkat mahir (DAN) yang tinggal selangkah lagi karena sekarang sudah grade 1.
Dengan modal sabar dan tekun yang dimiliki dari dulu hingga saat ini, ditambah kemampuan akademik yang terus ditingkatkan, bukan hal yang mustahil Lutfi akan mencapai cita-citanya menjadi seorang dokter. Terus semangat ya Lutfi, semoga tercapai apa yang dicita-citakan.
Sepenggal cerita tentang Lutfi ini, semoga bisa menjadi motivasi bagi anak-anak lain, terutama siswa IMA dari cabang mana pun, agar tetap semangat, sabar, dan tekun dalam belajar, sehingga nantinya dapat memetik buahnya yaitu keberhasilan. Sukses untuk semuanya!
Yuuk kita simak video Lutfi menghitung tanpa alat bantu…
(Sis, September 2018)