Seringkali kita tahu dan sadar betul ada tugas atau pekerjaan belum selesai, tapi adaaaa saja alasan untuk menunda. Begitupun anak-anak, ah nanti saja ngerjakannya mau main dulu sebentar, biar mood bagus. Nanggung, film kartunnya belum selesai sedang seru-serunya. Pusing belum tahu cara mengerjakannya, tidur dulu saja. Merasa masih punya banyak waktu, bisa dikerjakan besok, kan belum deadline. Siapa yang sering begitu ayo tunjuk tangan?
Segala macam alasan seakan keluar begitu saja, padahal penyebab utamanya karena kita kurang menyukai atau tidak bisa menikmati tugas atau pekerjaan itu. Jadi kita mencari pelarian dengan melakukan hal yang dianggap lebih menyenangkan. Pikiran memang menjadi teralihkan, terasa tanpa beban ketika kita menundanya. Tapi percayalah itu hanya sebentar, karena pada akhirnya semua harus kita hadapi juga. Niatnya menunda sebentar. Iya sebentar, nanti setelah ini dikerjakan. Nanti dulu lah, nanti dikerjakan sebentar juga selesai. Sebelum kita menyadarinya, tugas sudah tertunda begitu lama sehingga menumpuk menjadi banyak.
Kita sering menunda hal-hal kecil, misalnya merapikan kembali barang yang sudah dipakai ke tempatnya. Setelah selesai menggunakan pisau, jika tidak langsung dibereskan dan dibiarkan tergeletak sembarangan, bisa saja akan terinjak atau dimainkan oleh adik yang masih kecil. Yang paling sering adalah menggunakan penggaris, pulpen, pensil untuk mengerjakan tugas, kemudian tidak langsung dibereskan sesudah selesai. Akibatnya ketika akan menggunakannya lagi, bingung mencari-cari.
Contoh lain pada pembelajaran daring seperti saat ini. Guru memberikan tugas secara berkala agar tidak membebani. Namun yang terjadi saat diminta mengerjakan dijawab nanti main dulu, habis main capek istirahat dulu minta dikerjakan malam, malam hari sudah ngantuk tidak jadi dikerjakan. Tanpa disadari ujian sebentar lagi dan semua harus selesai. Akhirnya anak harus mengerjakan tugas berlembar-lembar dalam waktu singkat. Pastinya membuat stres dan tugas tidak bisa dikerjakan dengan maksimal.
Menunda mengerkajan PR juga bisa menjadi masalah besar bagi anak IMA. Karena sistem pembelajaran di IMA mewajibkan guru memberikan PR untuk setiap pertemuan. Jika terbiasa menunda dan malah dikerjakan sesaat sebelum berangkat les, tentu akan terasa berat. Waktu yang tinggal sedikit membuat mereka terburu-buru sehingga tidak bisa menikmati proses mengerjakan. Yang terjadi anak jadi makin malas, makin lama mereka enggan berangkat les, akhirnya hasil belajar jadi tidak maksimal. Hal ini tentu membuat waktu, tenaga, dan biaya yang sudah dikeluarkan menjadi sia-sia.
Padahal jika tidak menunda, masalah itu seharusnya tidak perlu terjadi. Misalnya anak les dengan pasangan hari Senin dan Kamis. Mengerjakan PR bisa dicicil, hari senin sepulang les satu halaman, Selasa dan Rabu masing-masing satu halaman. Saat hari Kamis tiba PR sudah selesai. Anak bisa berangkat les dengan tenang, belajar pasti lebih nyaman karena tugas telah terselesaikan dan tidak ada lagi beban.
Sebagai orang tua tentu sudah menjadi tugas kita untuk terus mengingatkan anak. Meski banyak alasan yang mereka keluarkan, jangan bosan, terus ingatkan mereka agar sebisa mungkin tidak menunda mengerjakan tugas. Karena dengan tidak menunda, kita menjadi punya waktu lebih untuk melakukan usaha terbaik. Dan yang pasti, berbagai masalah yang bisa terjadi karena menunda tak perlu kita alami.