Fun Learning, Cara Belajar Menyenangkan di IMA

Proses belajar mengajar di sekolah tidak semata memenuhi tugas guru sebagai pengajar, namun agar siswa dapat menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Setiap siswa tentunya memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran. Ada yang mudah bosan ketika merasa kesulitan, mudah mengantuk, tidak bisa berkonsentrasi, cenderung suka bicara sendiri, dan lain-lain. Oleh karena itu, diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Salah satu cara yang bisa diterapkan, terlebih bagi anak-anak usia TK-SD adalah belajar dengan cara menyenangkan atau biasa disebut fun learning.

Membahas materi pembelajaran dengan cara menyenangkan, sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar khususnya aritmetika (pelajaran dasar matematika). Dalam aritmetika, yang dipelajari hanyalah soal tambah kurang, perkalian, dan pembagian, sehingga anak hanya bertemu dengan angka, tidak ada yang lain. Sedangkan sebagian siswa cenderung malas untuk belajar berhitung, bahkan sampai takut terhadap angka. Agar tercipta suasana nyaman, tidak cepat bosan, dan keinginan untuk belajar tetap tinggi, maka digunakan metode fun learning dalam pembelajaran aritmetika di IMA.

Metode fun learning di IMA diterapkan dalam beberapa hal :

  1. Aba-aba

Di awal pelajaran, guru memberikan aba-aba dan siswa menjawab dengan nyanyian sambil mempraktikkan gerakan. Tujuan aba-aba sebetulnya adalah :

  • menerapkan disiplin pada anak meliputi sikap duduk yang harus tegak dan cara memegang pensil serta sempoa yang benar
  • membawa anak ke posisi siap untuk memulai belajar
  • menumbuhkan semangat dengan pengucapan dan gerakan yang sigap

Akan tetapi cara ini terlihat menyenangkan karena dilakukan dengan nyanyian.

  1. Menjelaskan materi

Untuk mengajarkan penggunaan jari dalam berhitung menggunakan sempoa 1-4, perhitungan “tambah” dipraktikkan dengan menaikkan biji sempoa menggunakan ibu jari. “Kurang” dipraktikkan dengan menurunkan biji sempoa menggunakan jari telunjuk. Untyuk menerapkan penggunaan jari secara disiplin, dilakukan dengan cara diucapkan menggunakan lagu.

Kemudian menggunakan istilah “teman baik” dan “saudara” digunakan untuk mengajarkan rumus tambah kurang dalam perhitungan sempoa. Masuk ke materi perkalian, digunakan cerita “memancing ikan”, dan untuk pembagian memakai cerita “kucing, tikus, dan doraemon”. Semua cerita dan analogi yang mudah dicerna bagi anak membuat materi yang sebenarnya cukup sulit, tidak terasa berat.

Metode fun learning yang diterapkan dalam pembelajaran aritmetika di IMA tersebut, diharapkan membuat siswa lebih semangat dalam belajar dan tentunya tidak takut lagi terhadap angka. Anak bisa lebih mahir dalam perhitungan di luar kepala, meningkatkan daya ingat, dan konsentrasi dalam belajar tanpa merasa terbebani.