Permainan Tradisional atau Gadget?

Permainan Tradisional atau Gadget?

Penggunaan gadget sudah menjadi hal umum di masyarakat sekarang, bahkan menjadi sebuah kebutuhan, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Adanya berbagai macam aplikasi yang menghibur seperti game online, media sosial, tik tok, dan video membuat anak-anak sangat betah bermain gadget. Di tengah pandemi corona yang belum usai, gadget menjadi sarana utama bagi anak untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah. Tidak sedikit orang tua yang akhirnya membiarkan anaknya bermain gadget seharian karena setelah belajar tidak ada aktivitas lain yang dilakukan, alasannya daripada anak-anak ribut karena bosan seharian di rumah.

Bagaikan dua mata pisau, gadget memberikan banyak manfaat tetapi juga membawa dampak buruk terutama bagi anak-anak, dari masalah kesehatan hingga menimbulkan efek ketergantungan. HiMedik melansir dari kknews.cc, seorang anak berusia sepuluh tahun datang ke dokter mengeluhkan bagian lehernya. Ketika dokter memeriksanya diketahui otot-otot bagian leher bocah tersebut tegang akibat menggunakan ponsel yang sangat berlebihan. Jiang Weiqiang, direktur Departemen Pengobatan di Rumah Sakit Rakyat Kabupaten Sanmen Tiongkok mendiagnosis leher anak laki-laki tersebut sudah lumpuh total.

Kasus anak-anak mengalami kecanduan gadget juga cukup banyak di Indonesia, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua sejak tahun 2016 telah menangani ratusan pasien berusia 5 sampai 15 tahun yang mengalami kecanduan bermain ponsel baik untuk bermain game online, browsing, dan membuka aplikasi lainnya. Oleh karena itu batasan menggunakan gadget bagi anak-anak perlu kita lakukan, dengan mengalihkan ke kegiatan menyenangkan yang bisa dilakukan bersama mereka di tengah kebijakan belajar dari rumah agar anak tidak kecanduan gadget.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengajak anak melakukan permainan tradisional. Sembari mengajarkan anak melestarikan tradisi, kita bisa bernostalgia asyiknya permainan-permainan masa kecil dulu. Cukup banyak permainan tradisonal yang bisa dilakukan di rumah bersama anggota keluarga, misalnya bermain congklak. Permainan ini dilakukan oleh dua orang menggunakan papan permainan congklak. Jika tidak ada, kita bisa menggantinya dengan menggambar lubang-lubang papan congklak di lantai rumah dan mengganti bijinya dengan batu atau biji-bijian.

Bermain engklek juga bisa menjadi pilihan, karena permainan ini bisa dimainkan minimal oleh dua orang. Tetapi akan lebih menyenangkan jika pesertanya lebih banyak, jadi memungkinkan ayah, bunda, adik, dan kakak untuk bermain bersama. Tidak banyak yang harus disiapkan untuk permainan ini, cukup menggambar pola bidang engklek di lantai atau di halaman tanah dan menyediakan gaco berupa lempeng tipis. Masih ingat aturan mainnya bukan? Kita harus engklek melewati arena tanpa menginjak garis tepi, kotak yang ada gaconya harus dilompati dan tidak boleh terinjak.

Ada juga lompat tali yang minimal dimainkan oleh tiga orang dan bisa dilakukan di teras rumah. Ayah dan bunda bisa ikut terlibat sekalian berolahraga. Tentunya akan semakin menyenangkan jika kita juga mengajarkan beberapa variasi dari permainan ini.

Permainan bola bekel dan gambulan jaman dulu sangat digemari terutama oleh anak perempuan, tetapi tidak sedikit anak laki-laki yang mahir memainkannya. Permainan ini mengandalkan ketangkasan tangan dan alat yang digunakan juga mudah didapat. Permainan bekel membutuhkan bola bekel dan biji yang terbuat dari kuningan, jika tidak ada biji kuningan bisa diganti dengan tutup botol. Untuk permainan gambulan cukup menggunakan batu kerikil yang ukurannya hampir sama berjumlah enam buah.

Bermain ketapel dan tembak-tembakan bambu atau pletokan bisa semakin mengakrabkan ayah dan anak laki-lakinya. Kalau jaman dulu ayah menggunakan ketapel untuk berburu burung dan buah-buahan, karena permainan dilakukan di rumah ayah bisa mengganti peluru dengan kertas yang diremas dan mengganti target dengan botol plastik bekas atau yang lain. Anak bisa bermain perang-perangan di rumah dengan pletokan, ayah cukup menyediakan laras dan sodokan menggunakan bambu, serta peluru dari kertas yang dibasahi.

Permainan lain yang tidak kalah seru dan bisa dimainkan di rumah yaitu pasaran, gasing, ular tangga, dan kelereng. Selain menghilangkan bosan dan mengurangi ketergantungan anak pada gadget, permainan tradisional bisa melatih kreativitas, fokus, dan kemampuan motorik anak. Yuk jadi kreatif untuk menyelamatkan anak dari ketergantungan gadget dengan cara asyik!.